Pertanian-Peternakan

Potensi Peternakan Di Desa Ketawangrejo

Desa Ketawangrejo merupakan desa yang berada di daerah pesisir, tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa desa ini juga merupakan desa yang potensial di bidang pertanian dan peternakan. Banyak masyarakat Desa Ketawangrejo yang bertani dan beternak. Komoditas yang menonjol di bidang peternakan adalah ternak sapi. Bangsa sapi Peranakan Ongole (PO) banyak diternakkan masyarakat desa, selain itu juga baru beberapa tahun ini kambing dengan bangsa Peranakan Ettawa (PE) mulai menjajaki desa Ketawangrejo. Kambing PE merupakan kambing yang memiliki keunggulan yang lebih jika dibandingkan dengan kambing Bligon. Tidak hanya komoditas ternak ruminansia saja yang dipelihara masyarakat Desa Ketawangrejo, tetapi juga terdapat ayam buras, ayam ras, itik, itik manila, babi, kuda, kelinci, dan kalkun. Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan data di BPP Kecamatan Grabag dan wawancara dengan masyarakat di Desa Ketawangrejo. Tabel berikut menunjukkan jumlah populasi ternak di Desa Ketawangrejo.

No.

Komoditas Ternak

Jumlah

1

Ayam Buras

1.000 ekor

2

Ayam Ras

3.000 ekor

3

Itik

1.000 ekor

4

Itik Manila

500 ekor

5

Kambing

150 ekor

6

Sapi

300 ekor

7

Babi

200 ekor

8

Kuda

3 ekor

9

Kelinci

100 ekor

10

Kalkun

25 ekor

Sumber: BPP Kecamatan Grabag (Juli, 2008)Berdasarkan data pada tabel tersebut, diharapkan potensi peternakan dapat lebih ditingkatkan dengan adanya pemeliharaan baik secara semi intensif maupun intensif. Desa Ketawangrejo merupakan desa yang potensial dalam pengembangan sapi potong bangsa PO dan kambing PE. Banyak masyarakat yang memelihara sapi PO sebagai usaha sampingan dan biasanya digunakan sebagai penghasil pupuk kandang atau dipelihara sebagai tabungan. Sebenarnya apabila sapi PO diternakkan lebih intensif lagi dengan sistem penggemukan maka peternak dapat merasakan keuntungan yang lebih daripada hanya sekedar memelihara sapi sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual. Dengan populasi sapi PO 300 ekor diharapkan peternakan sapi di Desa Ketawangrejo dapat meningkat dan secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan peternak di Desa Ketawangrejo, selain itu limbah ternak sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dalam mendukung sistem pertanian organik.

Beberapa data di lapangan yang didapat antara lain adanya jumlah kambing PE yang cukup banyak sehingga hal ini memperkuat bahwa kambing PE mulai digemari masyarakat Desa Ketawangrejo dengan pernah dilakukannya Pesta Patok di Balai Desa. Berdasarkan data di lapangan yang didapat, peternak kambing PE lebih banyak berada di RW 4 dengan jumlah 111 ekor baik betina maupun jantan. Peternak kambing PE ini juga memiliki kelompok ternak yang telah berdiri sejak tahun 2005. Hal ini diharapkan nantinya peternakan kambing PE dapat lebih berkembang dengan adanya kelompok ternak tersebut.

Salah satu hal mengapa peternakan kambing PE pada tulisan ini yang lebih diperbanyak dalam pendataan potensi peternakan di Desa Ketawangrejo antara lain karena kambing PE di desa ini memiliki kualitas yang bagus dengan kelas menengah ke atas sehingga meningkatkan harga jual kambing PE, pemeliharaannya tidak terlalu sulit, biaya pemeliharaannya tidak terlalu tinggi, dan pengembangan populasi kambing PE lebih cepat dan mudah. Dalam 2 tahun seekor induk dapat beranak 3 kali dengan jumlah anak yang dilahirkan dalam 1 kebuntingan (litter size) 2 ekor bahkan bisa mencapai 3 ekor. Apabila dihitung dalam hitungan kotor, misalnya saja populasi indukan kambing PE 100 ekor, maka dalam 2 tahun populasi kambing PE dapat bertambah menjadi 600 ekor (100 induk x 2 cempe x 3 kali beranak). Hal ini tentu saja lebih menguntungkan, terlebih lagi harga jual kambing PE yang mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah tentu saja menggiurkan.

Apabila antara peternak dengan masyarakat memiliki suatu komitmen untuk mengembangkan populasi kambing PE, maka Desa Ketawangrejo akan memiliki salah satu komoditas ternak unggulan selain sapi PO yang telah populer lebih dulu. Pengembangan populasi dapat dilakukan peternak dengan menggaduhkan salah satu atau beberapa kambing indukan kepada masyarakat yang ingin beternak tetapi belum memiliki modal, tentu saja yang diharapkan dari sistem gaduh ini adalah saling menguntungkan.

Desa Ketawangrejo memiliki wilayah yang luas, apabila populasi kambing PE telah meningkat, diharapkan kelompok ternak dapat membangun kandang kelompok di desa tersebut. Harapan dengan adanya kandang kelompok tersebut adalah peternakan kambing PE dapat lebih terpusat dan memudahkan pengelolaan baik produk maupun limbah. Selain itu apabila dikelola dengan baik, potensi kambing PE di Desa Ketawangrejo dapat ditingkatkan dengan menjalankan konsep Desa Agrowisata sehingga dengan adanya kandang kelompok tersebut agrowisata di bidang peternakan bisa lebih terfokus. Tentu saja hal ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari pihak peternak kambing PE sendiri untuk mengembangkan konsep Desa Agrowisata tersebut. Dengan berkembangnya peternakan di Desa Ketawangrejo ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak pada khususnya dan Desa Ketawangrejo pada umumnya.

Wacana Tentang Konsep Desa Agrowisata Di Desa Ketawangrejo

Desa Agrowisata merupakan suatu wisata yang menjadikan bidang agro (pertanian dan peternakan) sebagai objek wisata yang ada di sebuah desa. Desa Ketawangrejo merupakan daerah pesisir yang juga potensial dalam pengembangan pertanian dan peternakan. Khususnya kambing PE, komoditas ini dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang cukup mengasyikkan. Tentu saja dalam pengembangan Desa Agrowisata ini, Desa Ketawangrejo sudah harus memiliki kandang kelompok. Kandang kelompok tidak hanya berfungsi sebagai kandang, tetapi juga dapat digunakan sebagai wadah dalam penjualan. Sebagai contoh di salah satu kelompok ternak kambing PE di daerah Sleman yang desanya sudah menjadi desa agrowisata dengan komoditas utamanya adalah kambing PE, kandang kelompok yang dimilikinya tidak hanya terdiri dari kandang, tetapi juga terdapat showroom yang digunakan sebagai ruang pameran dalam penjualan, ada pasar hewan, tempat pemerahan susu, dan ruang pertemuan. Harapannya Desa Ketawangrejo dapat membangun kandang kelompok yang memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung konsep Desa Agrowisata.

Konsep Desa Agrowisata tidak hanya bisa dikembangkan melalui bidang peternakan, tetapi juga dapat dikombinasikan dengan bidang pertanian misalnya dengan penerapan Integerated Farming System yang dapat mengenalkan kepada pengunjung tentang keunggulan bertani yang memadukan antara pertanian dengan peternakan. Dua bidang ini dapat bekerja sama dalam pengembangan Desa Agrowisata di Desa Ketawangrejo. Untuk bidang peternakan sendiri, kambing PE dapat menjadi salah satu komoditas unggulan dalam pengembangan konsep ini. Wisata yang dapat diangkat dari kambing PE antara lain:

1. Kunjungan ke kandang-kandang kambing PE à pengunjung dapat berkeliling kandang untuk melihat-lihat kambing yang dimiliki oleh kelompok ternak;

2. Foto bersama kambing PE unggulan di Desa Ketawangrejo à pengunjung dapat melakukan foto bersama dengan kambing PE unggulan yang dimiliki kelompok ternak di Desa Ketawangrejo;

3. Penjualan susu kambing PE kepada pengunjung untuk konsumsi à susu kambing yang diproduksi dapat diolah terlebih dulu agar dapat langsung dijual untuk dikonsumsi oleh pengunjung atau dapat dijuga langsung dijual dalam keadaan susu segar untuk pengunjung;

4. Penjualan susu kambing PE kepada pengunjung untuk cempe yang masih menyusu à susu kambing juga dapat dijual kepada pengunjung untuk diberikan ke cempe yang masih menyusu . Jadi untuk hal ini peternak memperoleh 2 keuntungan, yaitu hasil penjualan susu dan cempe yang dimiliki juga mendapatkan susu; dan

5. Pengadaan pameran kambing PE à kambing-kambing PE yang unggul dapat dipamerkan saat pengunjung datang, dan bisa juga diadakan pelelangan kambing PE yang akan dijual.

Beberapa poin di atas dapat lebih dikembangkan lagi sesuai kondisi yang ada sehingga dapat meningkatkan nilai jual dari Desa Agrowisata di Desa Ketawangrejo. Dan apabila digabungkan lagi dengan potensi wisata pantai maka dapat menarik banyak pengunjung yang ingin menikmati wisata alam mulai dari wisata pantai, pertanian, dan peternakan. Mungkin ada 1 hal lagi yang terlewatkan, yaitu di bidang industri gula kelapa. Jadi dalam 1 kali kunjungan, pengunjung bisa mendapatkan banyak wisata yang menarik, mulai dari bermain di pantai, kunjungan ke kandang dan melihat-lihat kambing PE, panen bersama petani, dan lain-lain.

Potensi Pertanian Desa Ketawangrejo

Ketika kita melihat daerah pesisir pantai Kabupaten Purworejo maka kita akan menemukan sebuah desa yang memiliki potensi pertanian yng sangat baik. Desa Ketawangrejo, inilah nama desa yang terletak di daerah pesisir Purworejo. Desa ini terletak di jalur selatan jalan yang menghubungkan antara Yogyakarta dan juga Cilacap. Terletak di Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah.

Daerah ini memiliki berbagai macam potensi yang saangat baik apabila dikembangkan, salah satunya adalah potensi pertanian. Tanah yang cukup subur menjadi alas an mengapa daerah ini cukup potensial. erdasarkan Peta Agroklimatik (Oldeman, 1975), iklim wilayah ini masuk ke dalam tipe C2, yakni memiliki 5-8 bulan basah dan 2-4 bulan kering. Wilayah ini dipengaruhi proses fluvio-marin dan eolin sehingga bentuklahan yang terbentang di sepanjang pantai berupa beting gisik dan gumuk pasir. Arus susur pantai (longshore current) pada bulan November hingga April bergerak dari barat ke timur bergerak dengan kecepatan berkisar 10-148 cm/detik sedangkan pada bulan Mei hingga Oktober bergerak dari timur ke barat dengan kecepatan berkisar 2-276 cm/detik (Bird, dkk 1982).Desa ketawangrejo ini adalah daerah yang potensial untuk beberapa macam komoditas. Komoditas yang sekarang ditanam di daerah ini adalah berupa tanaman pangan (jagung dan padi), hortikultura (cabai) dan tanaman perkebunan (kelapa. Dari data monografi desa tahun 2007, lahan pertanian untuk tanaman padi seluas 138 Ha dan menghasilkan 1242 ton,jagung seluas 10 Ha yang menghasilkan 50 ton, kelapa seluas 25 Ha, dan cabai seluas 3 Ha. Lahan yang tersedia di Desa Ketawangrejo merupakan lahan kering, yang dimanfaatkan untuk pertanian. Pola penggunaan lahan tersebut terdiri dari sawah irigasi teknis (138 Ha), tegalan (85,6 Ha) dan perkebunan rakyat (66,9 Ha).

Padi merupakan komoditas utama bagi desa Ketawangrejo. Tanaman ini ditanam oleh penduduk desa ketawangrejo dari tahun ke tahun. Keuntungan menanam tanaman padi adalah karena padi merupakan komoditas yang menjadi bahan pokok makanan penduduk daerah Jawa sehingga nantinya dalam pemasayan akan mudah namun untuk harga jual tergantung oleh pasar. Biasanya petani di daerah Ketawangrejo menggunakan bibit dengan cara membeli dari took took pertanian yang ada di daerah sekitar desa ini, namun ada keinginan dari penduduk untuk membuat bibit padi sendiri untuk menekan angka biaya produksi.

Tanaman kedua yang sering diusahakan adalah tanaman jagung. Pada awalnya tanaman jagung merupakan tanaman yang langka diusahakan oleh penduduk desa Ketawangrejo, namun setelah dicoba dan memperoleh hasil yang baik serta nilai produksi yang baik juga, maka penduduk desa Ketawangrejo banyak yang berganti komoditas menjadi tanaman jagung. Alasannya adalah, tanaman jagung merupakan tanaman yang mudah untuk diusahakan, mudah dicari pasarnya, mudah perawatannya dan lebih menguntungkan dari angka jual produksi dibandingkan dengan produksi sebelumnya. Jagung di daerah ini ditanam di tanah pertegalan. Seperti telah disebutkan di atas desa Ketawangrejo memiliki luas area pertegalan seluas (85,6 Ha). Dengan luas tersebut maka hasil yang didapatkan cukup tinggi. Dari data desa pada tahun 2007 dilaporkan bahwa untuk jagung seluas 10 Ha yang menghasilkan 50 ton.

Tanaman ketiga yang diusahakan adalah yanaman cabai. Cabai merupakan tanaman yang diusahakan pada musim penghujan, tanaman ini diusahakan karena keuntungan yang cukup tinggi apabila petani mengusahakan tanaman cabai. Namun terdapat hambatan yang terjadi dalam mengusahakan tanaman cabai. Banyak sekali jenis hama dan penyakit yang menuerang tanaman cabai yang dapat mengganggu produksi tanaman cabai. Penyakit yang sering menyerang adalah busuk kering pada buah atau lebih dikenal dengan antraknose, dan juga virus kuning dan keriting pada tanaman cabai.

Tanaman ketiga yang diusahakan adalah tanaman cabai. Cabai merupakan tanaman yang diusahakan pada musim penghujan, tanaman ini diusahakan karena keuntungan yang cukup tinggi apabila petani mengusahakan tanaman cabai. Namun terdapat hambatan yang terjadi dalam mengusahakan tanaman cabai. Banyak sekali jenis hama dan penyakit yang menuerang tanaman cabai yang dapat mengganggu produksi tanaman cabai. Penyakit yang sering menyerang adalah busuk kering pada buah atau lebih dikenal dengan antraknose, dan juga virus kuning dan keriting pada tanaman cabai.

Komoditas yang keempat adalah komoditas kelapa. Potenis komoditas ini cukup besar, karena daerah pesisir merupakan daerah yang biasanya disukai oleh tanaman kelapa karena kondisi iklim yang memang bagi kehidupan kelapa. Desa Ketawangrejo memiliki banyak tanaman kelapa. Biasanya penduduk daerah ini memanfaatkan tanaman kelapa dengan cara mengambil (menderes) tanaman kelapa untuk diambil sari kelapa yang nantinya diusahakan untuk membuat gula kelapa. Penduduk daerah ini sudah lama mengusahakan pembuatan gula kelapa ini. Potensi inilah yang berusaha untuk dikembangkan pada tanaman kelapa.